Kiprah Perempuan di Masa Pandemi

Jika ada penganugerahan penghargaan untuk kelompok paling berjasa pada periode pandemi COVID-19, maka penghargaan tersebut sepatutnya diberikan kepada kelompok perempuan. Perempuan pada periode pandemi telah menjadi pihak yang paling tidak diuntungkan, paling terdampak, namun juga paling berkontribusi pada penanganan dan pemulihan pandemi COVID-19.

Menurut studi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) hampir 70% tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan penanganan pasien COVID-19, yang artinya menjadi kelompok yang paling beresiko terpapar virus, adalah perempuan. Komposisi peningkatan angka pengangguran juga paling besar pada kelompok perempuan mengingat dominasi perempuan pada bidang kerja yang membutuhkan interaksi dan pelayanan, yang menjadi sektor usaha paling terdampak dengan pemberlakukan pembatasan sosial atau lockdown dibanyak negara pada periode puncak pandemi. Pada saat yang sama perempuan juga mengemban beban domestik yang semakin berat ketika berlaku rezim kerja dan sekolah dari rumah, dan banyak fasilitas penitipan anak yang tidak beroperasi. Studi lain juga menunjukkan bahwa perempuan semakin rentan mengalami kekerasan domestik akibat lingkungan penuh tekanan selama pandemi.

Terlepas dari semakin memuncaknya beban yang harus ditanggung oleh perempuan, kelompok ini juga tampil sebagai kelompok yang tidak hanya tangguh (resilient), namun juga mampu memberikan kontribusi dan sumbangsih yang tidak kecil kepada masyarakat bahkan dunia selama periode pandemi. Salah satu bukti kontribusi perempuan yakni dengan adanya COVAX AMC EG, yakni sebuah forum multilateral yang menargetkan kepastian distribusi vaksin COVID-19 kepada negara-negara non-produsen agar dapat mendukung program vaksinasi nasional. 3 (tiga) orang co-chair forum tersebut adalah Menteri Pembangunan Internasional Kanada, Menteri Kesehatan Ethiopia, dan Menteri Luar Negeri Indonesia, yang ketiganya adalah perempuan. Memastikan distribusi vaksin ditengah kecenderungan egosentris banyak negara maju menjadi terobosan yang bermanfaat besar bagi negara-negara berkembang dan terbelakang yang kesulitan mengakses vaksin secara mandiri.

Pada level akar rumput, perempuan juga dipercaya berkontribusi positif pada marak bermunculan aktivitas-aktivitas sosial yang bertujuan untuk meringankan beban masyarakat yang terdampak pandemi. Aktivitas sederhana semacam berbagi makanan dan sanitation kits, dan produksi masker wajah rumahan khususnya di berbagai daerah di Indonesia banyak digerakkan oleh kelompok perempuan.

Gerakan Sosial untuk Kesetaraan Pangan

Salah satu gerakan sosial yang bertujuan untuk memberikan ketersediaan dan kesetaraan pangan yang layak pada periode pandemi dan diinisiasi oleh perempuan adalah “Foodbank Muhajirin” yang selanjutnya berkembang menjadi Foodbank Network Indonesia (FNI) dan sekarang dikenal dengan Yayasan Kesetaraan Pangan Indonesia. Gerakan ini dimulai dari lingkungan kecil di daerah pinggiran Jakarta dengan target bantuan menyasar ke 10-20 orang kurang mampu setiap minggunya. Inisiator gerakan, Khairunnisa Humairoh (biasa dipanggil Icha) merasa tergerak untuk meringankan beban keluarga miskin di sekitar tempat tinggalnya dengan menyediakan makanan layak. Kegiatan ini dilakukannya setelah pada awal pandemi, Icha memilih untuk mengundurkan dari tempatnya bekerja disebuah perusahaan media multinasional karena merasa harus mendampingi anaknya yang mengikuti sekolah dari rumah. Disela-sela waktu, Icha mulai rajin memasak sendiri makanan untuk kemudian dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Untuk mendukung inisiatifnya ini, Icha mengajak perempuan-perempuan lain yang tinggal berdekatan untuk turut berkontribusi seikhlasnya namun tetap memperhatikan standar kelayakan.

Inisiatif Icha dan teman-teman perempuannya ini kemudian mendapatkan sambutan baik dari banyak perempuan lain yang merasa mampu menduplikasi hal yang sama seperti yang sudah dilakukan oleh Icha. Setelah berjalan kurang lebih 2 (dua) tahun, Foodbank yang dimotori oleh Icha sudah berkembang menjadi 15 (lima belas) titik kegiatan di 7 (tujuh) provinsi di Indonesia.

Gerakan bagi-bagi makanan pada periode pandemi memang banyak bermunculan, namun FNI memiliki keistimewaan karena keseriusan mereka untuk memastikan makanan dan barang-barang essential yang dibagikan benar-benar dapat dikonsumsi, dinikmati dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Prinsipnya adalah makanan yang diberikan adalah apa yang mereka sendiri biasa konsumsi dan nikmati, sehingga menu seperti beef teriyaki, bulgogi, rendang, sate, bahkan gulai kepala ikan menjadi beberapa pilihan menu yang tentu saja menggugah selera dan dapat dinikmati. Harapannya agar tidak terjadi makanan atau bekal yang dibagi-bagikan tidak terkonsumsi bahkan dibuang percuma oleh yang menerima karena tidak layak.

Selain makanan, Foodbank ini juga membagikan barang-barang essential kebutuhan pencegahan penyebaran virus COVID-19, seperti handsanitiser, masker wajah, sabun, vitamin dan lain sebagainya. Bahkan pada beberapa kesempatan, mereka juga memberikan bantuan uang kepada mereka yang tengah kesulitan berobat atau mengalami musibah ditengah pandemi. Berbagai upaya yang dilakukan ini tidak hanya meringankan beban yang menerima bantuan, tetapi juga mendukung upaya pemerintah untuk menekan angka kenaikan penyebaran virus di lingkungan masyarakat kelas menengah ke bawah yang kadang tidak terlalu memperhatikan anjuran pemerintah karena berbagai keterbatasan.

Sejalan dengan kondisi pandemi yang sudah sedikit membaik seperti sekarang ini, kegiatan FNI yang sebelumnya memang banyak didukung oleh perempuan bekerja sedikit mengalami kendala untuk berjalan normal seperti biasa. Kesibukan yang sudah mulai kembali normal membuat konsistensi untuk pengadaan makanan yang biasanya dimasak sendiri menjadi sulit untuk dilakukan. Namun, bagi Icha, kegiatan baik ini harus terus berjalan karena dampaknya yang sudah dirasakan cukup luas di masyarakat.

Untuk itulah pada awal tahun 2022, Icha dengan dukungan dari aktivis Foodbank dari titik-titik yang lain, berinisiatif untuk meningkatkan platform gerakan menjadi lebih formal dalam wujud Yayasan Kesetaraan Pangan Indonesia (YKPI). Dengan adanya Yayasan ini, Icha berharap gerakan dapat menjaring dukungan lebih luas dan berkelanjutan terutama dari perusahaan-perusahaan skala menengah dan besar untuk mendukung aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR).

Inisiatif #SemangatinPerempuan, Program dari Perempuan untuk Perempuan

Inisiatif baru yang sekarang sedang digalakkan oleh FNI adalah program dukungan kepada perempuan kelompok rentan dalam bentuk gerakan #SemangatinPerempuan. Gerakan ini selain memberikan bantuan makanan juga memberikan bantuan essential needs khusus keperluan perempuan.

Inisiatif ini lahir dari kesadaran bahwa pandemi telah berdampak sangat besar kepada perempuan terutama dari kelompok miskin. Dengan kondisi ekonomi yang semakin sulit, perempuan tidak memiliki kemampuan dan sumber daya untuk memperhatikan kebutuhan khusus perempuan seperti pembalut dan multivitamin. Hal tersebutlah yang mendorong FNI untuk dapat berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan dasar perempuan. Program ini memang terlihat sebagai sebuah kegiatan kecil, namun tentu inisiatif seperti ini jika didukung dan dilakukan secara massal akan sangat terasa dampaknya bagi upaya pemulihan sosial ekonomi masyarakat pasca-pandemi, bahkan lebih jauh bagi ketahanan nasional, mengingat perempuan yang kuat akan menjadi pondasi yang kuat bagi keluarga yang nantinya menjadi tulang punggung kemajuan sebuah bangsa.

Mekanisme bantuan pada program #SemangatinPerempuan ini dilakukan dengan distribusi bantuan di 15 (lima belas) titik FNI. Bagi donatur yang tertarik mendukung program ini dalam mengecek daftar titik-titik dimaksud untuk dapat menyalurkan bantuan di titik terdekat dari tempat tinggal. Bantuan tidak terbatas pada wujud barang, namun juga bisa berupa uang yang nantinya akan diolah oleh tim FNI ke dalam bentuk makanan dan barang yang dibutuhkan. Bagi mereka yang tertarik untuk turut merasakan langsung indahnya berbagi, dapat bergabung dengan tim pada hari pelaksanaan untuk mendampingi proses distribusi.

Perempuan sebagai Kekuatan di Tengah Krisis

Berbagai peran penting dan inisiatif baik yang digagas dan dimotori oleh perempuan pada periode pandemi ini menunjukkan betapa signifikan sumbangsih perempuan pada situasi krisis. Perempuan dengan keterampilan, bakat, inovasi, sudut pandang, dan kepemimpinannya terbukti telah menjadi bagian dari solusi untuk banyak persoalan masyarakat bahkan dunia, tidak hanya terbatas pada pandemi COVID-19, namun juga dipercaya untuk isu lain yang lebih luas seperti penyelesaian konflik, krisis iklim bahkan membangun kembali ekonomi pasca-krisis.

Munculnya inisitif baik seperti FNI pada periode pandemi ini membuktikan bahwa ketika perempuan sudah berdaya, mereka mampu memberikan kontribusi, menggerakkan, dan membawa dampak baik kepada masyarakat, dengan memasukkan dan menanamkan nilai-nilai seperti keadilan, kesetaraan, perdamaian dan bahkan hak asasi manusia. Dukungan kepada perempuan untuk berdaya akan membawa dampak yang sangat besar bagi masyarakat secara keseluruhan, karena perempuan yang berdaya, yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, menampilkan kepemimpinan, mengadaptasikan nilai baik, dan menciptakan karya nyata, mereka tidak hanya menambah nilai untuk dirinya sendiri, tapi mentransformasikannya ke dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya, bahkan merambah ke lingkup yang jauh lebih luas. Hal tersebut pada akhirnya akan membimbing bangsa keluar dari krisis menuju masa depan yang lebih baik.

COVID-19 telah menguji rasa kemanusiaan kita semua, namun juga menjadi kesempatan untuk merefleksikan tatanan masyarakat untuk menuju masa depan yang lebih baik. Isu kesetaraan gender adalah salah satu isu krusial yang perlu untuk terus didengungkan untuk membangun atmosfir dan kesempatan yang lebih baik dimasa depan guna memaksimalkan potensi manusia. Pekerjaan rumah besar yang harus dilakukan pada era pasca-pandemi adalah tidak sekedar membangun kembali bangunan ekonomi, namun memastikan bahwa perempuan, sebagai kelompok yang paling resilient dan berkontribusi besar pada periode krisis, tidak kembali kepada rezim ketidaksetaraan. Perempuan nyatanya terlalu berharga untuk sekedar berdiri di barisan belakang.

Sumber: Kumparan

About the Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *